- Upacara Tiwah
Upacara
Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang
dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke
Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah
kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Upacara
Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum
tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke
tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara
gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di
letakkan di tempatnya (Sandung).
- Dunia Supranatural
Dunia
Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan
ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar
negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun
pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal
mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural
Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah
Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari
keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan
media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.
- Mangkok Merah
Mangkok
merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika
orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau
sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga
atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung
secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak
tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia
mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak
panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti
peluru, senjata tajam dan sebagainya.
Mangkok
merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus
membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki
dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” (
memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang )
maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan
seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau
gila bila mendengar tariu.
Orang-orang
yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan.
Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika
tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia.
Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat.
Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah.
Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.
Mangkok
merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah
liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai
mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau
merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan
bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu
obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan
sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat
berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan.
Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus
dengan kain merah.
Menurut
cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan
Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari
daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang
Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan
politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.
Menurut
kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan
dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak,
hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau
kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku
Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan
“Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak,
sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari
langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).
Sumber: http://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/01/adat-istiadat-suku-dayak/
Sumber: http://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/01/adat-istiadat-suku-dayak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar