Kalimantan Tengah mempunyai luas sekitar 15,4 juta hektar yang
terdiri dari beberapa agroekosistem yang mendukung pertumbuhan berbagai
jenis tanaman sehingga tidaklah berlebihan kalau daerah ini dikatakan
sebagai daerah dengan keragaman plasma nutfah yang tinggi. Salah satu
jenis tanaman yang termasuk plasma nutfah dan merupakan sumber pangan
yaitu kalakai (Stenochlaena palutris).
Kalakai merupakan tanaman jenis pakis atau paku-pakuan, termasuk dalam famili pteridaceae yang banyak tumbuh dan berkembang di Kalimantan Tengah. Tanaman ini mempunyai masa panen yang relatif singkat (4-6 hari) artinya dalam jangka waktu tersebut dapat dilakukan panen kembali, dan tumbuh baik pada daerah-daerah yang mempunyai kelembaban tinggi seperti lahan gambut (Mirmanto, 2003). Di Kalimantan Tengah, luas area tumbuh tanaman ini diperkirakan mencapai ribuan hektar yang tersebar dalam bentuk spot-spot di beberapa Kabupaten, seperti Gunung Mas, Katingan, Barito Timur, dan Barito Utara.
Kalakai merupakan tanaman jenis pakis atau paku-pakuan, termasuk dalam famili pteridaceae yang banyak tumbuh dan berkembang di Kalimantan Tengah. Tanaman ini mempunyai masa panen yang relatif singkat (4-6 hari) artinya dalam jangka waktu tersebut dapat dilakukan panen kembali, dan tumbuh baik pada daerah-daerah yang mempunyai kelembaban tinggi seperti lahan gambut (Mirmanto, 2003). Di Kalimantan Tengah, luas area tumbuh tanaman ini diperkirakan mencapai ribuan hektar yang tersebar dalam bentuk spot-spot di beberapa Kabupaten, seperti Gunung Mas, Katingan, Barito Timur, dan Barito Utara.
Belum banyak penelitian tentang kalakai, namun dilaporkan oleh Irawan
et al (2003) bahwa kalakai mengandung Fe yang tinggi dan kaya vitamin C
dan beta-karotin. Dari aspek ekonomi, tanaman ini juga mampu memberikan
tambahan penghasilan bagi masyarakat pencari kalakai. Di pasar
tradisional Kalimantan Tengah, setiap ikat (sekitar 200 g) kalakai
berharga Rp 1.000,- hingga Rp 1.500,-.
Secara garis besar terdapat 2 (dua) jenis kalakai, yakni kalakai
merah dan kalakai hijau. Kalakai merah adalah jenis pakis/paku-pakuan
dengan warna kemerah-merahan, sedang kalakai hijau adalah jenis
pakis/paku-pakuan dengan warna hijau muda. Kalakai merah lebih banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk tujuan konsumsi.
Kalakai berkembang secara vegetatif dengan kemampuan yang cukup tinggi. Terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara pada musim kemarau dengan musim hujan. Pada musim kemarau kecepatan pertumbuhan kalakai lebih lambat dibanding musim hujan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kemampuan memproduksi biomas dan terbatasnya jumlah air yang dapat dimanfaatkan (Rahajoe dan Kohyama, 2003).
Kalakai merupakan salah satu dari beberapa sayuran tradisional khas Kalimantan Tengah. Kalakai biasanya dikonsumsi dalam bentuk sayur. Bagian tanaman yang dipanen adalah bagian pucuk atau ujung dengan panjang sekitar 15 cm. Bagian ini relatif lunak dan mudah dipatahkan, sedangkan bagian batang yang lebih bawah terksturnya lebih keras.
Kalakai memiliki beberapa manfaat, yaitu Kalakai yang berwarna merah sangat potensial untuk mengatasi anemia (kekurangan zat besi). Menurut Irawan et al. (2003) dari analisis gizi diketahui bahwa kalakai merah mengandung Fe yang tinggi (41,53 ppm), Cu (4,52 ppm), vitamin C (15,41 mg/100g), protein (2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat (11,30 ppm). Secara turun temurun, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan tanaman kalakai untuk tujuan merangsang produksi ASI bagi ibu-ibu yang baru melahirkan. Hal ini mungkin disebabkan nilai gizi kalakai yang banyak mengandung Fe (Irawan et al., 2003). Unsur Fe diketahui bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia, sehingga mengkonsumsi kalakai dapat menambah volume darah, sehingga merangsang produksi ASI.
Sumber: http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=185:kalakai-sayuran-lokal-potensial-dan-kaya-manfaat&catid=28:artikel&Itemid=80
Kalakai berkembang secara vegetatif dengan kemampuan yang cukup tinggi. Terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara pada musim kemarau dengan musim hujan. Pada musim kemarau kecepatan pertumbuhan kalakai lebih lambat dibanding musim hujan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kemampuan memproduksi biomas dan terbatasnya jumlah air yang dapat dimanfaatkan (Rahajoe dan Kohyama, 2003).
Kalakai merupakan salah satu dari beberapa sayuran tradisional khas Kalimantan Tengah. Kalakai biasanya dikonsumsi dalam bentuk sayur. Bagian tanaman yang dipanen adalah bagian pucuk atau ujung dengan panjang sekitar 15 cm. Bagian ini relatif lunak dan mudah dipatahkan, sedangkan bagian batang yang lebih bawah terksturnya lebih keras.
Kalakai memiliki beberapa manfaat, yaitu Kalakai yang berwarna merah sangat potensial untuk mengatasi anemia (kekurangan zat besi). Menurut Irawan et al. (2003) dari analisis gizi diketahui bahwa kalakai merah mengandung Fe yang tinggi (41,53 ppm), Cu (4,52 ppm), vitamin C (15,41 mg/100g), protein (2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat (11,30 ppm). Secara turun temurun, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan tanaman kalakai untuk tujuan merangsang produksi ASI bagi ibu-ibu yang baru melahirkan. Hal ini mungkin disebabkan nilai gizi kalakai yang banyak mengandung Fe (Irawan et al., 2003). Unsur Fe diketahui bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia, sehingga mengkonsumsi kalakai dapat menambah volume darah, sehingga merangsang produksi ASI.
Sumber: http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=185:kalakai-sayuran-lokal-potensial-dan-kaya-manfaat&catid=28:artikel&Itemid=80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar